Mungkinkah Israel mencapai kesepakatan dengan negara yang terus dibomnya?

 Sejak jatuhnya rezim Assad pada bulan Desember 2024, Israel telah merebut lebih banyak wilayah di Suriah dan berulang kali melancarkan serangan terhadap negara tersebut, dengan tujuan yang dinyatakan untuk mencegah pembangunan kembali kemampuan militer dan membasmi militansi yang dapat mengancam keamanannya.


Serangan Israel terus berlanjut meskipun sekutu terdekatnya, Amerika Serikat, mendesak Israel untuk menormalisasi hubungan dengan Suriah sekarang karena wilayah tersebut berada di bawah kendali pemerintahan baru.


AS telah berupaya mengarahkan negara-negara di kawasan ke arah yang berbeda dan membayangkan Suriah akan menandatangani Perjanjian Abraham – serangkaian perjanjian yang menormalkan hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab. Seorang pejabat senior pemerintah mengatakan kepada CNN bulan lalu bahwa "berpihak kepada Israel akan menguntungkan Suriah."


Israel telah menunjukkan keinginannya untuk memperluas perjanjian-perjanjian tersebut. Setelah konflik mematikan dengan Iran, Netanyahu mengatakan "kemenangan" Israel membuka jalan bagi "perluasan perjanjian perdamaian yang dramatis", seraya menambahkan bahwa Israel "sedang mengupayakannya dengan giat."


Menteri Luar Negeri Gideon Saar bahkan telah memaparkan negara mana saja yang diincar Israel untuk normalisasi.


"Israel tertarik untuk memperluas lingkaran perdamaian dan normalisasi Perjanjian Abraham," ujarnya akhir bulan lalu dalam konferensi pers bersama mitranya dari Austria. "Kami berkepentingan untuk menambahkan negara-negara, seperti Suriah dan Lebanon, tetangga kami, ke dalam lingkaran perdamaian dan normalisasi – sambil menjaga kepentingan esensial dan keamanan Israel."


Israel telah mengadakan pembicaraan langsung dan tidak langsung dengan pemerintahan baru Suriah, sebuah indikasi perubahan dinamika antara kedua bekas musuh tersebut sejak jatuhnya rezim Assad.


Namun, serangan berulang Israel terhadap wilayah Suriah dan perluasan kehadiran militernya di negara itu berpotensi mempersulit ambisi tersebut.

Pada bulan Mei, al-Sharaa mengatakan perundingan tidak langsung dengan Israel dimaksudkan untuk mengakhiri serangan. Namun, hal itu belum terjadi.


Netanyahu sebelumnya menyebut pemerintahan baru Damaskus sebagai "rezim Islam ekstremis" dan ancaman bagi negara Israel. Pada bulan Mei, seorang pejabat Israel mengatakan kepada CNN bahwa perdana menteri telah meminta Trump untuk tidak mencabut sanksi terhadap Suriah, dengan mengatakan ia khawatir hal itu akan menyebabkan terulangnya peristiwa 7 Oktober 2023, ketika militan yang dipimpin Hamas menyerang Israel.


Serangan Israel terhadap Suriah juga mempersulit upaya al-Sharaa untuk mengonsolidasikan kekuasaan atas negara tersebut dan mempromosikan kesepakatan normalisasi potensial sebagai kemenangan bagi kedaulatan Suriah dan rakyatnya.

Post a Comment

Previous Post Next Post